Translate

24.9.13

Qoidah Asmaa was Sifaat


QOIDAH-QOIDAH DALAM MEMAHAMI ASMAA’ WAS SIFAAT
بسم الله الرحمن الرحيم
1.   Nama-nama dan sifat Alloh ta’ala itu tauqifyyah yaitu haruslah bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits (yang shohih).
2.   Setiap nama-nama dan sifat Alloh ta’ala pastilah mempunyai makna dan hakekat, maknanya dipahami akan tetapi hakekatnya tidak kita ketahui dan kita menyerahkannya hanya kepada Alloh ta’ala saja.
3.   Nama-nama dan sifat Alloh ta’ala tidak dapat dibatasi sebab tidak terbatas keagungan, kebesaran, dan kemuliaan Dzat Alloh ta’ala, hanya saja akal dan pengetahuan makhluq yang terbatas.
4.   Berbilangnya Nama dan sifat Alloh ta’ala itu kembalinya hanya kepada dzat yang Maha satu yaitu Alloh ta’ala.
5.   Setiap Nama-nama dan sifat Alloh ta’ala kita imani sesuai dengan keagungan dan kemuliaanNya yang tidak sama dengan makhluq.
6.   Tidak boleh menggambarkan atau mengqiyaskan hakekat Dzat Alloh ta’ala, dan apapun yang kita bayangkan dalam pikiran tentang hakekat nama-nama dan sifat Alloh ta’ala maka itu bukanlah Alloh, sebab pikiran kita juga makhluq yang dicipta Alloh ta’ala.
7.   Setiap nama-nama dan sifat Alloh ta’ala mempunyai makna yang dipahami sesuai lafadh yang terkandung dalam bahasa arob yang benar.
8.   Tidak boleh memalingkan makna nama-nama dan sifat Alloh ta’ala dari lafadhnya kecuali ada dalil shohih yang memalingkanya.
9.   Setiap nama Alloh ta’ala pastilah mempunyai sifat tapi tidak semua sifat mempunyai nama, contohnya Alloh mempunyai nama Al-Bashiir yang bermakna yang Maha Melihat maka serta-merta kita pahami bahwa Alloh mempunyai sifat melihat pada dzatNya, tetapi tidak sebaliknya misalnya jika kita katakan Alloh mempunyai sifat marah maka tidak boleh kita katakan Alloh mempunyai Nama “yang Maha Marah”, maka dari itu bab sifat lebih umum dari bab nama dan bab khobar lebih umum dari bab sifat.
10.                Dalam Asmaa’ was sifaat ada yang dikatakan bab khobar tentang Alloh ta’ala. Misal jika kita mengkhobarkan bahwa Alloh adalah tuhan langit dan bumi, maka menerjemahkan kata “Tuhan” kedalam bahasa Indonesia atau “God” dalam bahasa Inggris tidak mengapa selama maknanya sama dengan Robb dalam bahasa Arob, dan ini semua bab pengkhabaran dalam asmaa’ was sifaat agar manusia dapat memahaminya dengan pemahaman yang benar, sebab kita diciptakan berras-ras dan berqobilah-qobilah (suku-suku) yang bahasanya berbeda-beda.
11.                Setiap penterjemahan nama-nama dan sifat Alloh ta’ala haruslah sesuai dengan makna yang ada dalam bahasa arob.
12.                Nama dan sifat Alloh ta’ala ada yang muta’addi dan ada yang goiru muta’addi, muta’addi maksudnya adalah sifat yang mempunyai objek atau ada yang terkena dari nama dan sifat tersebut, misal dikatakan Alloh Arrohmaan (yang Maha Pengasih) maka pastilah ada yang dikasihi yaitu makhluqNya, dan goiru muta’addi yaitu yang tanpa objek contohnya sifat Al-Qoyyum (yang Maha berdiri sendiri).
13.                Nama dan Sifat Alloh ta’ala ada yang dzaaty dan ada yang syii’iy. Dzaty maksudnya adalah nama dan sifat yang tidak terkait dengan kehendakNya, contoh sifat yang dzaaty: Al-hayyu (Yang Maha Hidup) dan Al-Qoyyum (Yang Maha Tegak bediri sendiri) maka Dia ta’ala terus-menerus bersifat demikian. Syii’iy maksudnya adalah nama dan sifat yang terkait dengan kehendak Alloh ta’ala, seperti sifat Arrohiim (Yang Maha Penyayang) Alloh menyayangi siapa yang dikehendakiNya dari makhluqNya.
14.                Nama dan sifat Alloh ta’ala tidak ada yang baru dan tidak pula ada yang hilang atau binasa, sebab Alloh ta’ala Maha Sempurna, Dialah yang mutlaq ada dengan sendirinya tanpa permulaan, tanpa ada yang mengadakan, dan Dia jalla wa ‘alaa juga tidak kurang sesuatupun dari diriNya dan tidak akan binasa, adapun selainNya maka merekalah yang dicipta dan dibinasakan oleh Alloh ta’ala.
15.                Sifat, ada yang ditetapkan bagi Alloh ta’ala dan ada sifat yang dinafikan dari Alloh ta’ala. Sifat yang ditetapkan untuk Alloh ta’ala adalah sifat yang mulia dan agung sedangkan sifat yang dinafikan adalah sifat yang kurang dan rendah bagi Alloh ta’ala.
16.                Kita menetapkan penafian yang umum, misal dikatakan Alloh tidak sama dengan makhluqNya, dan kita tetapkan pula penafian yang rinci, misal dikatakan Alloh tidak tidur, tidak mengantuk, tidak lelah, dll.
17.                Menafikan suatu sifat dari Alloh ta’ala haruslah berbarengan dengan menetapkan lawannya, misalnya jika dikatakan Alloh tidaklah lemah, maka haruslah kita tetapkan lawannya yaitu Alloh Maha kuat.
18.                Setiap Nama dan Sifat yang digandengkan penyebutannya satu dengan yang lainnya maka mempunyai makna yang lebih dibanding dengan yang penyebutan sendirinya saja, misal jika dikatakan sesungguhnya Alloh adalah Al-Aliim lagi Al-Hakiim maka lebih maknanya dari dikatakan Alloh Al-Aliim saja atau Alloh Al-Hakiim saja.
19.                Dan Alloh ta’ala tidak dapat dilihat di dunia kecuali di dalam mimpi orang-orang yang sholeh, yang bertauhid, yang beribadah menyembah hanya kepada Alloh ta’ala saja tanpa tandingan, hamba yang beribadah dengan Asmaa’ was sifaatNya sesuai dengan pemahaman yang benar.

Smoga Alloh ta’ala menjadikan kita dari hamba-hambanya yang sholeh, walhamdulillaahi robbil’aalamiin,

Makassar, Jum’at 15 Dzulqo’dah 1434
Al faqiir ilallooh Abu Ibrohim Sa’iid bin Salim Al Makassary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bismillaah, silahkan komentar...